Bagaimana wanita harus menutup
kepala mereka dengan kerudung yang diistilahkan purdah untuk wanita Hindu dan
burkah untuk wanita Muslim di India dan jilbab bagi wanita di Indonesia. Secara
umum wanita Hindu di India yang juga berlaku bagi wanita Indonesia yang masih
mentaati tradisi lama dimana wanita disarankan dan diharapkan untuk mengikuti
aturan tertentu seperti misalnya bertingkah laku sederhana, bicara lemah
lembut, gerakan yang anggun. Wanita sebaiknya tampil malu, menghindari tatap
mata secara langsung dengan lawan jenis, tak bicara keras-keras apalagi
terbahak-bahak. Dianggap tak sopan kalau berbicara dengan lawan jenis apalagi
laki-laki yang tak punya hubungan kekerabatan dengan wanita tersebut.
Menurut tradisi lama di India, wanita
Hindu hendaknya berada di dalam rumah dan tidak mencampuri urusan laki-laki.
Seorang istri muda tidaklah layak memperlihatkan rasa cintanya terhadap
suaminya. Kalau sedang berbicara dengan suaminya atau dengan laki-laki lain di
keluarganya maka demi kesopanan mereka harus menutupi mulut dengan tangan atau
kain purdahnya. Baik laki-laki maupun wanita punya tempat terpisah baik dalam
keluarga maupun di luar rumah. Misalnya laki-laki tidur berpisah dengan
perempuan kecuali lelaki tersebut harus menunaikan tugasnya sebagai suami.
Istri muda punya hak yang sangat
terbatas di dalam keluarga suaminya namun punya kewajiban yang sangat banyak.
Istri muda harus memakai kerudung di hadapan anggota keluarga lainnya
terlebih-lebih di hadapan anggota keluarga yang berlainan jenis. Pemakaian
kerudung sedikit berkurang di hadapan anggota keluarga sesame jenis (ibu
mertua, kakak atau adik ipar perempuan) apabila perannya sebagai istri telah
terpenuhi dengan melahirkan anak pertama. Pasangan muda diharapkan untuk tidak
banyak terlibat langsung di dalam percakapan langsung di depan umum.
Keterbatasan hak bagi istri muda juga terjadi pada masyarakat Hindu maupun
Islam di Indonesia terutama keluarga yang mengikuti pola patrilinial. Bedanya
wanita Hindu di Indonesia terutama di Bali, mereka tidak harus memakai kerudung
dalam kehidupannya sehari-hari.
Wanita hendaknya tidak keluar rumah
tanpa ijin dari anggota keluarga yang lebih tua atau wanita harus ditemani oleh
anggota keluarga laki-laki kalau harus keluar rumah. Kalaupun wanita harus
bekerja di luar rumah maka wanita itu harus tetap mempertahankan nilai
tradisinya. Mereka harus menutup wajah mereka dengan purdah terlebih-lebih
ketika didekati oleh pegawai laki-laki. Tugas berbelanja biasanya dilakukan
oleh laki-laki, dan kalau wanita harus berbelanja maka mereka harus menutup
wajah sepenuhnya.
Wanita India tidak banyak mengambil
peran dalam melaksanakan upacara, peran keagamaan lebih dominant dilakukan oleh
laki-laki. Di tempat-tempat pemujaan yang disebut mandir dijaga dan dilayani
oleh kaum Brahmana laki-laki. Sedangkan wanita Hindu Bali punya perang yang
sangat penting di dalam pelaksanaan upacara keagamaan. Tanpa terlibatnya kaum
wanita upacara kemungkinan besar tidak dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan
oleh wanitalah yang tahu seluk beluk bagaimana membuat sesajen yang sangat
rumit dan banyak, maka dari itu tanpa wanita upacara tak kan berlangsung. Jadi
peran wanita Hindu di Bali bias dikatakan hamper setara dengan peran kaum lelaki
dalam hal kelangsungan upacara keagamaan. Memang ada batasan yang membedakan
peran dan tugas para wanita dan laki-laki.
Para istri yang dianggap membawa
bencana sekalian berkah bagi keluarga si suami. Secara kenyataan memang seorang
istri harus membawa “mas kawin” yang berupa tanah, mobil, rumah, segala
keperluan penganten baru (jika keluarga si wanita kaya). Kalau keluarga si
wanita miskin atau keluarga si suami serakah, tidak jarang ada berita yang
mengabarkan adanya pembunuhan penganten wanita dengan cara dibuatnya wanita
seperti kecelakaan bahwa sarinya terkena api ketika sedang memasak di
dapur. Dengan terbunuhnya penganten
wanita maka si laki-laki kemungkin besar akan mendapatkan “mas kawin” lebih
banyak lagi kalau dia menikah lagi dengan wanita yang lebih kaya dari istri
pertamanya. Masalah “mas kawin” tidak berlaku bagi masyarakat Hindu di Bali,
walaupun baik di Bali maupun India keduanya mengenal system kawin yang diatur
oleh orang-tua.
Ada sanksi-sanksi yang sangat keras
terhadap wanita yang melanggar ketentuan atau yang berlawanan dengan tradisis
lama. Para tetangga akan menggosipkan para wanita yang tidak menikah, janda
terlebih-lebih janda muda. Janda di India tidak diperkenankan untuk menikah
apabila suaminya telah meninggal. Janda tersebut mesti memakai sari atau
pakaian putih dan tidak diperkenankan memakai perhiasan. Maka kalau di India
kita tahu kalau seorang wanita yang mamakai sari putih maka dia sudah tak
bersuami lagi. Yang lebih fenomenal adalah jika seorang istri yang ditinggal mati
oleh suaminya memantapkan niatnya untuk mengadakan satya dengan cara
menceburkan diri ke kobaran api pengabenan suaminya, dengan pertimbangan bahwa
lebih baik mati ikut suami daripada harus menjalani hidup yang dikungkung
tradisi, terhina dan dituduh sebagai penyebab kematian suami. Sati yang
baru-baru ini dilaporkan dalam berita dilakukan pada tahun 1985 oleh seorang
wanita muda sekitar 18 tahun bernama Roop Kanwar. Kini di tempat dilakukan sati
didirikan semacam candi untuk orang yang percaya bahwa roh seorang Sati bias
memberikan penugrahan. Tuduhan sebagai penyebab kematian si suami juga
dipercaya oleh masyarakat Hindu di Bali. Hal ini berdasarkan bukti tertulis
berbentuk puisi maupun prosa dapat ditelusuri jauh ke jaman lampau pada masa
pemerintahan Raja Erlangga (abad ke 10-11 CE) di mana si Janda dari Dirah (Rangda
ing Dirah) telah dituduh membunuh suaminya dengan cara teluh (semacam ilmu
hitam). Bedanya di Bali para janda tidak harus memakai pakain warna putih
setelah ditinggal mati suamnya, atau istri tidak harus melakukan Sati (Bahasa
Bali: mesatya) jika suaminya meninggal. Kasus terakhir praktek sati di
Bali dilakukan pada jaman kerajaan pada
tahun 1930-an yang dilakukan oleh kaum kesatriya atau istri para raja. Akhirnya
penjajah Belanda (1896-1946) melarang pelaksanaan Sati di Bali.
Seorang istri yang dianggap membawa
bencana ke dalam keluarga si suami tidak jarang akan mendapat perlakuan kasar secara
fisik dari si suami atau disiksa secara verbal oleh anggota keluarga yang
perempuan. Wanita akan benar-benar merasa tertekan apabila mereka tidak
mendapatkan keturunan setelah menikah bertahun-tahun. Tak jarang akan dicarikan
madu atau dipulangkan ke rumah orang-tua mereka tanpa menyandang status yang
jelas. Para menantu muda belajar dan meniru perlakuan ibu-mertua mereka di mana
kemungkinan besar telah memendam rasa benci, jengkel dan tak kuasa bagaikan bom
waktu. Suatu saat ketika setelah cukup kuasa dan mandiri dari pengaruh mertua
rasa dendam tersebut akan keluar diledakkan pada para menantu mereka, dengan
alas an untuk mempertahan status, tradisi, kekayaan keluarga.
Kenapa Wanita harus memakai
Purdah?
Menurut Mendelbaum, ada dua
alasan utama kenapa wanita harus memakai purdah yaitu menghindari bahaya yang
mengancam wanita ketika sedang keluar rumah dan menghidari bahaya dari anggota
keluarga wanita dalam lingkungan keluarga itu sendiri. Bahaya pertama yaitu
bahaya yang datangnya dari laki-laki di luar lingkungan keluarga karena
merupakan hal yang lumrah kalau laki-laki bias saja berbuat yang tak senono
terhadap wanita yang bepergian sendirian apalagi pria itu tak kenal dengan
wanita tersebut. Laki-laki tidak akan sembarangan berbuat jahat terhadap wanita
di lingkungan yang dikenalnya. Bahaya kedua yaitu bahaya yang dating dari
wanita dalam lingkungan rumah itu sendiri. Hal tersebut disebabkan karena
factor kekuasaan, kecemburuan dari wanita yang telah lebih lama menjadi anggota
keluarga di dalam keluarga si suami. Apakah itu ibu mertua, adik atau kakak
ipar perempuan semua merasa tersaingi oleh kedatangan penganten wanita dalam
keluarga mereka. Mereka kwatir jangan-jangan kasih saying anaknya tertumpah
hanya pada istrinya. Pemakaian purdah sangat penting terlebih-lebih jika
menghadapi mertua laki-laki atau anggota keluarga laki-laki yang lain. Istri
muda tidak boleh mengadakan kontak mata dengan ayah mertua, sehingga purdah
merupakan alat yang paling efektif untuk menutupi wajah ketika sedang
berhadapan dengan ipar laki-laki atau ayah mertua. Ayah mertua semestinya tidak
boleh memasuki kamar menantunya, walaupun itu terjadi dimana ayah mertua
didapati sedang berada di kamar menantu dengan apapun alasannya, si menantu
tidak punya hak untuk memarahi mertuanya. Menjadi tugas ibu mertua, si istri
yang berhak memberi pelajaran bagi mertua yang lancing masuk ke kamar menantu
wanita.
Sudah barang tentu bahwa meneruskan
keturunan adalah factor utama diadakan pernikahan walaupun wacana ini tidak
berlaku bagi seluruh negeri di dunia. Para istri dianggap sebagai perusak atau
pembawa berkah bagi keluarga si suami atau dianggap sebagai penerus garis
patrilinial. Kehormatan ada di tangan wanita, seandainya laki-laki sukses dalam
perkawinan, usaha maka si istri dianggap sebagai Laksmi tetapi kalau si istri
membawa sial bagi keluarga si lelaki maka si istrilah yang dipersalahkan.
Kurang puasa, kurang bakti terhadap suami atau yang lebih menyakitkan akan
dituduh sebagai orang yang mempraktikkan ilmu hitam dan mengorbankan si suami
atau anggota keluarga lain sebagai tumbal atas ilmu hitamnya. Walaupun keluarga
si suami sukses dalam segala hal, tetapi ada anak perempuan dalam keluarga
tidak mendapatka jodoh sampai umur tertentu atau gagal mendapatkan suami yang
layak maka hal itu juga dianggap sial, jadi keluarga suami tetap dipandang tak
terhormat.
Purdah bagi wanita Hindu, Burkah
bagi wanita Islam
Di India baik wanita Hindu maupun
wanita Islam keduanya mesti memakai kerudung yang keduanya disebut purdah.
Burkah di Indonesia hanya dipakai oleh kaum wanita Muslim dan namanyapun telah
disesuaikan dengan kata Arab yaitu jilbab. Menurut kepercayaan lama bahwa
wanita berada di bawah kekuasaan kaum lelaki, maka dari itu kaum wanita setuju
untuk menutupi diri di hadapan laki-laki. Wanita harus tertutup dari interaksi
dunia luar, kecuali orang yang bekerja di tempat terhormat seperti menjadi
anggota DPR atau MPR, menjadi guru dianggap kurang terhormat.
Walaupun baik wanita Hindu maupun
wanita Muslim memakai kerudung namun wanita Muslim lebih disiplin di dalam
pemakaian kerudung karena mentaati ketentuan agama, di dalam Al Quran
disebutkan bahwa pemakaian burkah adalah kehidupan sejati wagi wanita Muslim. Sedangkan
wanita Hindu memakai kerudung untuk melindungi diri dari bahaya luar maupun
dalam rumah dan lebih mengatasnamakan kepatuhan kepada suami atau pativrata.
Sepertinya tradisi pemakaian purdah bagi wanita Hindu di India tidak
mempengaruhi wanita Hindu di Bali atau Indonesia. Wanita Hindu di Bali memang
tidak harus memakai pudah tetapi tradisi yang lain yang sangat mendasar tetap
ada yang dipakai sebagai acuan dalam kehidupan dalam masyarakat Hindu. Seperti
misalnya, wanita harus bias bikin banten, bias memasak, melahirkan anak, hormat
terhadap orang-tua dan anggota keluarga lain dan siap untuk menjadi anggota
keluarga si suami sekalian menjadi anggota resmi (krama banjar) di
masyarakat dimana mereka tinggal. Wanita Hindu di Bali telah dibentuk oleh
budaya dan tradisi local walaupun pengaruh Hindu India masih terasa dalam hal
bagaimana si menantu wanita menjadi sasaran segala kesalahan yeng terjadi dalam
keluarga si suami. Masih tetap sama dimana keluarga yang melahirkan anak
perempuan dianggap kurang menguntungkan disbanding dengan anak laki-laki.
Kebebasan yang terbatas dengan
tingkah laku yang dipolakan
Baik wanita Muslim maupun wanita
Hindu mempunyai ruang gerak, kegiatan, hubungan social, ruang lingkup maupun
kesempatan yang terbatas. Betapapun orang bilang bahwa tak ada perbedaan antara
anak laki dan perempuan, tetapi pada kenyataannya anak laki jauh lebih banyak
kebebasannya dalam banyak hal. Dilihat dari tradisi berpakaian anak perempuan
diharapkan memakai pakaian yang membatasi gerak-gerik mereka. Kain tradisional
Jawa dan Bali dan pakaian di beberapa daerah di Indonesia sangat mengekang
langkah perempuan. Sedangkan pemakaian purdah selain memberi identitas
tersendiri bagi pemeluk Muslim yang soleh, juga dianggap symbol keterbatasan
kaum wanita. Wanita tidak leluasa memperlihatkan milik terutama aurat mereka.
Wanita dengan Perubahan Sosial
dan Modernisasi
"There are many website who are famous for Gift delivery website in Indonesia is the best way to save timing. They give us huge numbers of varieties. I like the way you written the post.Thanks for sharing such a nice post... "
ReplyDeletePengiriman Bunga Online (=^.^=)
Perhiasan untuk Wanita (^ _ ^)
Oh jadi gitu ya Jasa Toko Online Profesional
ReplyDeleteJasa Pembuatan Website Toko Online serta layanan Jasa Pembuatan Website Penjualan Online dan
Jasa Pembuatan Online Shop
Grosir Jilbab Murah - Jilbab Segi Empat Terbaru dan Jilbab Instan Terbaru serta Jasa Pembuatan Website Murah serta Buat Toko Online Murah juga Jilbab Pasmina Terbaru